Sumber Air dan Fasilitas Sama, Pelayanan Air Ditangan Moya Turun

oleh -
Anggota DPRD Kepri, Dr Sahat Sianturi

BATAM – Pengelolaan dan pelayanan air bersih di Batam, yang dilakukan PT Moya Indonesia dinilai menurun dibanding, saat dikelola PT ATB. Pengelolaan air oleh PT Moya dipertanyakan, karena sumber dan fasilitas pengelolaan air tidak berubah, namun pelayanan yang diterima masyarakat atau pelanggan, turun.

Pertanyaan atas kinerja PT Moya Indonesia itu disampaikan anggota DPRD Provinsi Kepri, Sahat Sianturi, Selasa (13/4) di Batam. “Sama sumber airnya. Fasilitas juga sama, tapi pelayanannya setelah ditangan Moya, turun,” kata Sahat.

Sahat mengingatkan agar Moya juga mengecek distribusi air yang dilakukan. Diingatkan, agar tidak ada unsur kesengajaan, untuk mendistribusikan angin dulu kedalam pipa, baru dilanjutkan dengan air.

“Jangan seperti ada kesengajaan atau ada pembiaran, angin lebih dulu masuk kedalam pipa. Sehingga angin keluar baru air. Kalau jumlah angin dikalikan jumlah pelanggan se-kota Batam, bisa ribuan meter kubik angin yang dilucurkan sebelum air,” bebernya.

Sahat mengatakan, walau kualitas masih baik, namun dinilai air saat ditangan ATB lebih bersih dan jernih. Kemudian, dengan tekanan air bersih saat ditangan Moya turun.

“Sekarang, tekanan air jadi lebih lambat. Tidak kencang dibanding sebelum dikelola Moya,” cetus Sahat.

Sahat kuawatir, jika tidak ada perbaikan pelayanan air, dan jika Moya menang untuk pengelolaan air 25 tahun kedepan, air Batam akan lebih banyak masalah. Seharusnya, saat masa transisi ini, PT Moya mengoptimalkan pelayanan. Sehingga punya nilai lebih untuk bisa mengelola air kedepan.

“Jika sekarang kualitas layanan tidak maksimal. Kedepan, saat mereka mengelola air untuk 25 tahun kedepan, pelayanan bisa semakin menurun,” beber Sahat.

Untuk itu, Sahat menyarankan untuk lebih berhati-hati dan selektif dalam menentukan pengelola air bersih kedepan. Diingatkan, air bersih terkait dengan semua masyarakat Batam. Sehingga, pengelolaan tidak baik kedepan, akan menimbulkan gejolak sosial.

“Kalau pengelolaan air kedepan tidak optimal, setidaknya sama seperti sebelumnya, maka akan merugikan BP. Karena ini bisa menimbulkan gejolak sosial,” ujar Sahat mengingatkan.

Sahat juga meminta, agar BP Batam cepat mengambil keputusan atau tender, bagi perusahaan air yang serius mengelola air. “Sehingga, tidak menjadi pertanyaan pelanggan. Pilih yang terbaik dengan melihat track record pengelolaan air perusahaan peserta lelang, di daerah lain,” himbaunya.(am)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.