Membaca Kepemimpinan HMR

oleh -
oleh

Nama Haji Muhammad Rudi (HMR) sudah lama dikenal publik Kepri, khususnya di Kota Batam. Karier politiknya dimulai sejak menjadi anggota DPRD Batam dari PKB (2009-2011). Saat itu dia menjadi ketua badan anggaran (banggar).

HMR hanya dua tahun di DPRD Batam, karena tahun 2011 dia digandeng oleh Ahmad Dahlan sebagai wakil wali kota. Sebelumnya, di periode 2006-2011, Dahlan berpasangan dengan Ria Saptarika.

Karier politik HMR terbilang moncer. Sejak duduk di DPRD Batam hingga menjadi wali kota dua periode, suami Hj Marlin Agustina itu belum pernah gagal. Langkah hidupnya seperti disusun secara rapih. Begitupun karier politiknya, setiap step hampir tanpa hambatan.

Di periode 2016-2021, HMR menjadi Wako Batam berpasangan dengan mantan Kadisperindag Batam Amsakar Achmad. Saat itu HMR sudah tidak lagi di PKB, namun sudah berlabuh di Demokrat. Setelah pilkada usai, HMR pindah ke Nasdem hingga saat ini. Partai apapun yang dipimpinnya, perolehan kursi di DPRD selalu bertambah.

Kerjasama pasangan HMR – Amsakar berlanjut di periode kedua, tahun 2021 hingga 2024. Keduanya kemudian berada di partai yang sama, Nasdem, karena usai memenangkan pilkada, Amsakar “didudukkan” menjadi ketua DPD Nasdem Batam melalui campur tangan HMR. HMR sendiri kemudian menggantikan Nurdin Basirun memimpin DPW Nasdem setelah Nurdin terjerat KPK. Sebelumnya, posisi HMR adalah sekretaris DPW Nasdem.

Periode kedua pasangan HMR-Amsakar ini tidak sampai 5 tahun karena akan ada pilkada serentak nanti tahun 2024.

Sebagai catatan, periodisasi Wako Batam sebelumnya, dapat dibaca sebagai berikut:

Ketika Batam masih sebagai kota administratif dan masih bergabung dengan Provinsi Riau, walikotanya adalah R Usman Draman (1983-1989) dan Raja Abdul Aziz (1989-1999).

Tahun 1999 kemudian lahirlah UU 53/1999 tentang peningkatan status Batam dari kota administratif menjadi kota madya (kota otonom). UU ini juga melahirkan beberapa kabupaten baru di Kepri, seperti Natuna, Karimun, dan sebagainya. Batam saat itu dipimpin walikota transisi, Nazief Soesiladharma (1999-2001).

Barulah pada pilkada secara langsung pertama kali di tahun 2001, pasangan Nyat Kadir – Asman Abnur menang dan menjadi walikota-wakil walikota Batam periode 2001-2005.

Saat itu, setahun sebelum berakhirnya masa khidmat, Nyat maju sebagai calon gubernur dan Asman ke DPR RI. Nasib keduanya berbeda, di mana Asman melanggang ke Senayan, sedangkan Nyat – Soeryo dikalahkan Ismeth-HM Sani.

Kemudian, Wali Kota Batam sisa masa jabatan dijabat oleh Manan Sasmita hingga 2006. Barulah tahun 2006, pilkada Kota Batam dimenangkan pasangan Dahlan – Ria Saptarika hingga tahun 2011. Di periode kedua Dahlan kemudian berpasangan dengan HMR dan memerintah Batam hingga tahun 2016.

HMR Membangun Batam

Dalam perjalanannya, cukup banyak capaian pembangunan Batam yang dipimpin HMR selama dua periode. Apalagi sejak 2019 HMR juga ditetapkan oleh Presiden Jokowi sebagai nakhoda BP Batam ex officio (dulu Otorita Batam).

Sejak HMR memimpin dua institusi (Pemko dan BP Batam) itu, banyak capaian yang sudah diraih. Masalah dualisme kepemimpinan di Batam yang selama puluhan tahun menjadi momok dan hambatan mempercepat pembangunan di Batam, sudah teratasi. Secara administrasi, hampir tidak ada lagi hambatan untuk sinkronisasi kebijakan di kedua instansi tersebut.

Pembangunan infrastruktur dan mengembalikan laju pertumbuhan ekonomi perlahan mulai teratasi. Di tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Batam mencapai 4,75 persen di tengah pandemi covid-19. Sebelumnya, pertumbuhannya minus. Pernah mencecah minus 2 persen.

Dampak ekonomi global secara perlahan dapat ditaklukkan. Pembangunan infrastruktur, terutama jalan, akses ke perusahaan dan perumahan. berubah secara signifikan. Lebih cepat dan makin tertata. Ini diikuti oleh semangat developer dan pengusaha membangun hotel, apartemen, pertokoan, dan perumahan.

Dalam pada itu, investasi pun kembali normal secara perlahan. Tiga proyek besar sedang digeber oleh HMR, yakni perluasan Bandara Hang Nadim, revitalisasi Pelabuhan Batuampar, dan KEK Kesehatan. Kontribusi investasi di Kepri masih disumbangkan oleh Batam lebih dari 70 persen. Masih terdapat kekurangan di sana-sini, iya, tapi juga upaya perbaikan sudah dan terus dilakukan oleh HMR.

Namun demikian, banyak yang bertanya, mengapa angka pengangguran di Batam masih cukup tinggi? Padahal investasi cukup baik di sini. Jangan lupa, sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja (manufaktur) baru saja bangkit akibat badai covid-19.

Order barang manufaktur dari luar negeri baru juga pulih. Sektor wisata juga belum benar-benar kembali ke zaman keemasannya. Perlahan menuju bangkit. Dari sekitar 300 ribu pekerja informal di Batam, belum seluruhnya tertampung.

Sementara itu, jangan lupa pula, nilai investasi memang meningkat, proyek baru bisa saja masuk, tapi tidak semua kebutuhan investasi dan belanja proyek dilakukan di Batam. Bahkan buruh proyek pun tak jarang didatangkan dari tempat lain sesuai spek pekerjaan. Uang besarnya bisa saja mengalir ke tempat di mana perusahaan-perusahaan itu berdomisili. Batam kebagian pajak yang dapat dipungut oleh daerah saja atau mungkin katering untuk para buruh.

Well. Zaman sudah berubah dan akan terus berubah. Pemimpin orisinil dan tegas memang lebih menguntungkan daerah dibanding yang kelihatan jago berwacana dan piawai menebar kata-kata manis belaka. Banyak yang jago mengumbar janji ketika kampanye, namun KO saat memimpin.

Di sisi lain, pembangunan daerah memerlukan pemimpin otentik, yakni “satunya kata dengan perbuatan”. Tipe pemimpin seperti itu ada pada HMR.(Candra Ibrahim/Pemerhati)

No More Posts Available.

No more pages to load.