Teman Ngopi Bicara Mulai Ansar, Rudi Hingga Hapus PT Jalur Mandiri

oleh -
oleh

Batam – Mantan Anggota DPD RI, Hardi S Hood, bicara terkait Pemilu, Pilkada hingga pendidikan di Indonesia. Menyinggung dua sosok pemimpin yang berencana bertarung di Pilkada Kepri, Ansar Ahmad dan Muhammad Rudi. Mantan Ketua Dewan Pendidikan Batam ini menyorot sistem pendidikan tinggi (PT) yang meminta agar jalur mandiri dihapuskan.

Pernyataan itu dilontarkan Hardi S Hood saat bincang santai dengan group Teman Ngopi, Jumat (2/9/2022) di Batam Centre, Batam. Dalam perbincangan itu, Hardi menyinggung soal sosok Wali Kota yang juga Kepala BP Batam, Muhammad Rudi dan Gubernur Kepri, Ansar Ahmad.

Tanpa menyebut siapan, namun dia mengawali kalimat dengan lontaran, soal rasa di politik. “Kalau politik sudah masuk rasa, sudah susah. Karena politik itu permainan, tidak bisa masuk hati,” kata Hardi singkat.

Diakui, dia kenal Ansar dan Rudi, sudah sejak masa remaja dulu. Dinilai, keduanya punya karakter berbeda. “Saya sekolah dengan Rudi, tapi banyak berteman dengan Ansar. Dia teman bermain saya dulu. Jadi agak pahamlah sifat keduanya,” ujar Hardi.

Hanya disebut, Rudi sebagai sosok pekerja keras. Sementara Ansar dan dirinya, lebih memiliki persamaan dalam kegiatan dimaa remaja. Namun, Hardi tidak menyebut secara khusus, perbedaan kedua figur kepala daerah itu.

“Dulu kita pacaran, dia (Rudi) kerja, main bola. Ansar itu orang masjid, sama dengan Apri (mantan Bupati Bintan). Tapi sekarang, Rudi itu orang masjid,” sambungnya.

Demikian, Hardi menyebut figur Rudi dan Ansar, merupakan figur yang memiliki kekuatan besar, untuk bertarung di Pilkada mendatang. Disebut, untuk Pilkada Gubernur di 2024 mendatang, baik Ansar dan Rudi, sama-sama ‘gajah’. Sehingga jika dirinya berfikir untuk maju juga di Pilgub, dirinya ibarat kancil.

“Kalau di Pilgub, ada Ansar dan Rudi. Itu Gajah melawan Gajah. Tapi mudah-mudahan kancil hidup,” urai Hardi.

Terlepas dari pertarungan di Pilkada mendatang, Hardi meminta agar soal pendidikan benar-benar diperhatikan. Dimana, pendidikan menjadi tiang pembangunan, yang akan menentukan kemajuan satu negara, dimasa mendatang.

“Seperti sekarang, sudah kurang tepat. Untuk masuk perguruan tinggi (negeri), harusnya dua jalur. Tidak ada jalur mandiri. Karena kalau dipaksakan dengan jalur mandiri, akan membebani sianak. Kalau dulu, cukup jalur undangan dan test seperti UMPTN jaman dulu,” pesannya.

Jika tidak, maka alumni-alumni perguruan tinggi, akan menjadi beban psikologis untuk perguruan tinggi sendiri. Sehingga kedepan, dinilai penting untuk pembenahan di bidang pendidikan tinggi di Indonesia. Sehingga Indonesia bisa memasuki masa keemasan.

“Pendidikan kedepan, kalau anak diatur sedemikian rupa, bisa (maju). Kalau anak-anak kita tidak disiapkan jalan yang lebih sempurna, maka sulit. Pendidikan anak-anak suatu negara, akan berpengaruh kedepan,” tegas Hardi.

Sehingga dinilai, trend soal pendidikan ini akan mempengaruhi masa depan suatu negara. Diingatkan kondisi pendidikan Malaysia, yang dulu banyak belajar ke Indonesia. Namun, pendidikan Malaysia dinilai sudah maju.

“Jadi kita harus evaluasi yang sekarang. Kita juga tak bisa membebani anak. Saya setuju, mandiri dari segi intelektual (bukan jalur). Lebih baik kami kuliah susah-susah, tapi mudah dapat kerja. Daripada kuliah mudah, tapi susah cari kerja,” imbuh Hardi mengakhiri.

Hadir pada kesempatan itu, jurnalis Kepri seperti Ketua PWI Kepri, Candra Ibrahim, Ramon Damora, Andi Gino, Novianto, Rizal Saputra, Syahrullah, Haryanto, Martua P Butarbutar, Qori UF, Dedi Swada dan lainnya.(am)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.