KBA Ini Bantu Industri Hasilkan Produk Ekspor Hingga Direspon Bank Dunia

oleh -
oleh

Ekowati dan rekan-rekannya, saat memilah sampah plastik di Bank Sampah di KBA Tanjungpiayu, sebelum dijemput PT Wik

Kelompok ibu-ibu binaaan PT Astra International, di Kampung Berseri Astra (KBA) Tanjungpiayu, Batam ini, membersihkan sampah plastik, berupa botol-botol plastik. Itu dikirim dari perusahaan industri di Kawasan Industri Panbil Park, Mukakuning, Batam, Provinsi Kepri. Saat didatangi, mereka menghentikan pembicaraan sejenak, namun tangannya tetap bekerja untuk memilah sampah plastik di hadapan mereka.

Mereka awalnya mencari sampah plastik dari warga. Seiring perjalanan waktu dan dibawah arahan pembina KBA Tanjungpiayu, Batam, mereka mencoba membangun kerjasama dengan perusahaan di dua kawasan industri itu. Hingga ada dua perusahaan dari Kawasan Industri Panbil Industrial Park yang bekerjasama dengan kelompok ibu dari Bank Sampah di KBA ini.

Selanjutnya satu perusahaan dari Batamindo Industrial Park, akan mulai menyerahkan pengelolaan sampah plastiknya ke KBA, pada awal tahun 2023. Dengan jarak antara Tanjungpiayu dan dua kawasan industri di Mukakuning, sekitar 6,5 km, sudah ada perusahaan yang selalu siap membantu pengangkutan.

Saat ditemui, mereka menjalankan kegiatan di Bank Sampah, Sukadamai, Sei Pancur, Kelurahan Tanjungpiayu, Sei Beduk, Batam, Kamis (22/12/2022). Dihadapan mereka ada timbunan sampah plastik, baik yang sudah dibersihkan dan yang belum dibersihkan. Plastik berupa botol yang sudah dibersihkan, dimasukkan ke kantong plastik besar. Plastik label di botol plastik, kemudian dipisahkan dalam satu kantong besar lainnya.

Kegiatan untuk membersihkan sampah plastik itu berjalan dua atau tiga kali seminggu. Tempat penimbunan sementara sampah plastik itu, tidak hanya di Pancur. Namun ada juga di Sei Daun, yang masih satu kelurahan dan kecamatan dengan Sei Pancur.

Saat ditemui, Koordinator ibu-ibu dari KBA ini, Ekowati, menjelaskan kegiatan mereka di Bank Sampah. Berkat arahan, dukungan dan pelatihan, yang diterima dari Astra, mereka sudah bisa mengembangkan empat pilar yang dicanangkan di KBA Tanjungpiayu. Empat pilar itu, pendidikan, kesehatan, lingkungan dan kewirausahaan.

Setelah terlibat dalam tiga tahun belakangan ini, mereka semakin menikmati kegiatan itu. Bahkan kini kegiatan ibu-ibu ini juga sudah mendapat perhatian dan apresiasi dari Bank Dunia atau World Bank.

Dukungan semakin kuat, setelah mereka menembus kerjasama dengan perusahaan industri di Mukakuning. Saat ini, sampah plastik ada dari perusahaan elektronik, PT Epson Batam, PT. Philips Industries Batam dan PT Amtek. Sampah itu merupakan bekas botol minuman karyawan di dua perusahaan itu.

PT Epson juga memberikan bantuan alat angkut berupa motor gerobak, yang belakangan ini digunakan untuk menjemput sampah plastik di pemukiman warga. Sementara pengangkutan dari perusahaan di kawasan industei, menggunakan pickup atau truk dari PT Wik Far East Batam ke Bank Sampah di Tanjungpiayu.

Setelah sampah-sampah plastik selesai dibersihkan dan dipilah, kemudian dijemput mobil pickup atau truk, yang dikirim PT Wik. “Sampah itu diangkut dengan mobil pickup, yang biaya angkut dibantu PT Wik di Panbil Industrial Estate. Sampah plastik yang dibersihkan dan dipilah, dibawa ke PT Wik,” beber Ekowati.

PT Wik kemudian mengolah sampah itu menjadi biji plastik, sebelum dikirim perusahaan lain atau di ekspor. Sementara untuk hasil dari kegiatan memilah sampah plastik ini, dibagi kepada kelompok ibu-ibu ini.

PT Wik yang mengolah sampah palastik, jadi biji plastik PT Wik. Bahkan kelompok warga dari KBA sudah pernah diundang untuk meninjau proses produksi sampah itu menjadi biji plastik.

“Untuk program bank sampah ini, kami ada sembilan orang. Kami sudah pernah diundang untuk melihat proses pengolahannya,” beber Ekowati.

Tidak hanya itu, pimpinan PT Astra Internasional di Batam juga sudah pernah mengunjungi KBA Tanjungpiayu. Sekaligus meninjau realisi kegiatan KBA. Sementara untuk bantuan melalui KBA bagi Bank Sampah, diakui cukup banyak. Mulai pembinaan lewat zoom, bantuan peralatan berupa sarung tangan, pisau cutter, seragam dan lainnya.

Saat ditanya harga sampah plastik yang dibersihkan, diakui dihargai per kilogram, sekitar Rp3 ribu per kg. Hasil penjualan itu yang kemudian dibagikan secara merata untuk kelompok ibu-ibu ini. “Hasilnya masuk lewat rekening masing-masing,” ungkapnya.


– Direspon Bank Dunia

Diceritakan Ekowati, selama ini mereka membersihkan sampah plastik ini, per minggu. Biasanya per minggu bisa sampah plastik yang dibersihkan sekitar 200 kg sampai 300 kg. Kedepan, jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah.

“Nanti akan ada tambahan untuk bank sampah dari PT Schneider di Batamindo Industrial Park,” sambungnya.

Atas kegiatan itu, mereka semakin optimis, perhatian Bank Dunia juga akan semakin besar untuk mereka. Untuk program bank sampah ini, Ekowati mengaku bangga dengan kelompok di KBA ini. Terlebih dalam dua tahun ini sudah mendapat perhatian Bank Dunia atau World Bank.

“Program ini sudah masuk perhatian dan dukungan Bank Dunia melalui program plastik bank. Kami sudah ikut di aplikasi plastik bank,” ujarnya.

Bahkan mereka sudah beberapa kali mendapat ‘hadiah’ dari Bank Dunia. Sembilan orang di Bank Sampah ini sudah mendapat hadiah dari Bank Dunia, berupa voucher belanja, ponsel hingga tablet.

“Kami sudah pernah dapat Tab, HP, tas sekolah, sembako, voucher belanja dan saldo Gojek. Yang dapat Tab kemarin ada lima orang,” imbuhnya.


Ekowati saat memeriksa tanaman Mint di Fasum RW – F-Pan

– Kembangkan Tanaman Hidroponik

Usai menunjukkan kegiatan kelompok ibu di Bank Sampah ini, Ekowati juga menyempatkan diri, mengajak innews.id ke pengembangan Tanaman Hidroponik. KBA Tanjungpiayu, Batam juga membantu di pertanian, melalui Kelompok Wanita Tani Tali Kasih, Tanjungpiayu.

Keterbatasan lahan di Kota Batam, mendorong mereka mengembangkan tanaman hidroponik. Pembibitan dikembangkan di Fasum RW 02 Kelurahan Tanjungpiayu. Tanaman di Fasum itu, lebih untuk pengembangan bibit, untuk digunakan untuk ditanam disekitar kediaman warga di KBA Tanjungpiayu.

Warga masyarakat yang ingin dibantu, bisa mendapat pelatihan untuk menanam, merawat dan memanen. Dimana, saat ini ada 30 orang anggota kelompok tani. Untuk pupuk, mereka menggunakan pupuk organik, dengan mengolah sisa nasi yang difermentasi, dijadikan kompos.

Selain untuk meningkatkan ekonomi warga di KBA Tanjungpiayu, juga untuk membantu ketersediaan sayuran dan buahan di warga sekitar. Walau awalnya tanaman hidroponik dimaksud untuk konsumsi sendiri. Namun, kini mulai dijual di pasar.

Selain sayuran, yang dikembangkan ada tanaman obat, Mint, yang biasa dijual, 80 ribu per kilogram. Untuk tanaman Mint, biasanya mereka panen per 10 hari. “Ditanam, baru dipotong pucuknya. Nanti pucuk yang dipotong akan tumbuh sendiri,” terangnya.

Pada kesempatan itu, innews.id berkesempatan untuk mengamati semua jenis tanaman yang pembibitan dilakukan di Fasum. Mulai sayur kangkung, cabe, tomat hingga tanaman obat.

“Tidak semua dijual. Lebih dulu kita penuhi kebutuhan sayuran untuk anggota. Untuk tanaman obat Mint, kita sering panen. Tapi terbesar baru sampai 45 kg,” jelasnya.

“Bank sampah itu program lingkungan. Untuk kesehatan kita lakukan pemeriksaan kesehatan posyandu. Untuk pendidikan kita ada Bimbel di sini dan di Bukit Barelang,” sambung Ekowati.


– Produksi Batik Khas Dengan Pewarna Bakau Mati

Untuk batik, KBA Batam, kini sudah memiliki kelompok pembatik di Tanjungpiayu. KBA memperkenalkan dan mengajari cara membatik. Kelompok ini memberi nama Cindur Batik. Beranggotakan 10 orang,, program membatik, menjadi salah satu unggulan di KBA Tanjungpiayu.

Batik Cindur ini diperkenalkan dengan corak khas ikan marlin dan biota laut. “Untuk satu lembar batik Cindur khas Tanjungpiayu, hanya dipatok seharga Rp125 sampai 150 ribu,” bebernya.

Kegiatan pembuatan batik ini juga mendapat perhatian dari PKK Kecamatan Sei Beduk. Bantuan dari PKK, selain pembinaan juga untuk membantu promosi, saat ada pameran di Batam.

Untuk batik ini, mereka memanfaatkan zat pewarna alami dan non alami. Khusus pewarna alami, mereka menggunakan tanaman bakau yang mati dan tidak terpakai lagi.

“Tanaman bakau dipotong, direbus dan dijadikan pewarna, coklat. Kalau pewarna sintetis, banyak dipasarkan. PKK membantu juga pembinaan pembuatan batik,” ujar Ketua PKK Kecamatan Sungai Beduk, Zia Athina Aisha Dwiki.

Dalam satu bulan para pembatik ini dapat menghasilkan 85 lembar kain. Selembar kain panjangnya 2 meter. Karya batik itu laku Rp150 ribu per lembarnya.

“Kita membatik, sesuai dengan pesanan. Biasanya, pesanan datang dari warga atau pedagang di Sei Beduk,” beber Zia.

Ditambahkan Koordinator KBA, Ekowati, awalnya mereka hanya memiliki dua cap batik. Namun sekarang, dengan bantuan Astra Internasional melalui program KBA, mereka sudah memiliki 18 alat membatik.

“Untuk promosi, PKK Kecamatan membantu kita. Seperti minggu ini, kita diikutkan untuk pameran di Engku Putri, Batam Center, Batam,” terang Ekowati.

Batik-batik yang dihasilkan sekitar Rp125 ribu lebih, karena produksinya secara manual dengan kualitas yang disebut lebih baik. “Perbulan kita cetak sesuai pesanan. Kadang 50 lembar. Ukuran batik kita, 2 meter x 50 cm. Kita terbantu KBA di alat dan pasar dibantu PKK mellaui pameran seperti yang digelar Dekranasda mingu ini,” imbuhnya mengakhiri.

Atas kegiatan yang saat ini dijalankan KBA Tanjungpiayu, Batam, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Batam, Suleman Nababan memgapresiasi. Ia juga mendorong KBA untuk mengembangkan pemasaran, terutama untuk batik. KBA didorong untuk mengembangkan pemasaran produk-produk kreatifnya secara daring (online). 

“Kita dorong pemasaran batik secara online. Sehingga bisa mendorong peningkatan produktifitas juga,” himbau Suleman.

Hal yang sama disampaikan Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepri, yang juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepri, Musni Hardi K Atmaja, mendorong penguatan kemitraan UMKM KBA.

KBA jiga didorong memanfaatkan digitalisasi sebagai kegiatan on boarding UMKM pada platform pemasaran digital. Pasar online dapat mengefisienkan tata niaga pangan.

“Pemasaran secara online itu dapat mengefisienkan tata niaga bahan pangan, untuk mendukung pencapaian sasaran inflasi,” kata Musni.

Pengembangan petani hidroponik, juga diharapkan terus dilakukan. Sehingga dapat membantu meningkatkan pasokan pangan dipasar Batam, serta menekan inflasi di Provinsi Kepri. Dimana penyumbang inflasi di Batam dan Kepri, lebih banyak dari sektor pangan, seperti cabai merah, sayur, bawang merah dan lainnya. Walau sektor lain seperti iklim dan lain berpengaruh.(pandapotan)

No More Posts Available.

No more pages to load.