Sinar Mas Land Hadirkan Program Hutan Mangrove di Batam

oleh -
oleh

Batam – Sinar Mas Land menghadirkan program Hutan Mangrove untuk Restorasi Ekologi dan Oksigen Nusantara (Horizon). Program itu dinilai penting, dalam peran ekosistem mangrove. Program dikemas dalam kegiatan program Horizon, antara lain meliputi penanaman bibit mangrove sebanyak 250 pohon, workshop bertajuk Restorasi Ekologi & Konservasi Mangrove Nuvasa Bay, dan workshop Tata Kelola Ekowisata Mangrove Berkelanjutan.

Kegiatan itu dilaksanakan, Selasa (30/11/2023) dan (1/12/2023), di Palm Springs Golf & Country Club dan Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Kepri. Program dilaksanakan untuk menyusun strategi pemeliharaan keberlanjutan ekosistem mangrove di Nuvasa Bay Batam dan area sekitarnya. Dilanjutkan dengan observasi lapangan ‘Ekowisata Mangrove Pandang Tak Jemu Kampung Bakau Serip.

“Melihat pentingnya keberadaan ekosistem mangrove khususnya untuk ikut mengurangi karbon dunia, kami mengajak seluruh masyarakat dan stakeholder terkait untuk dapat merawat dan mempertahankan mangrove yang ada di kawasan Nuvasa Bay dan sekitarnya,” kata Dony Martadisata selaku Managing Director President Office Sinar Mas Land.

Disampaikan, hilangnya hutan mangrove akan memiliki banyak dampak, salah satunya tingkat abrasi yang semakin tinggi. Sesuai dengan visi Building a Better Future, Sinar Mas Land secara konkret terus melakukan pembangunan berkelanjutan dengan juga menjaga kelestarian hayati di lingkungan sekitar.

“Selain fokus pada target mengurangi emisi karbon hingga 34 persen pada produk properti di tahun 2034, Sinar Mas Land juga aktif melakukan penghijauan dan pembangunan area hijau terbuka termasuk pelestarian kawasan mangrove di Nuvasa Bay,” katanya.

Sebelumnya Sinar Mas Land telah mengambil langkah dalam pelestarian hutan bakau seluas 43 hektare di dalam area Nuvasa Bay. Hasil kajian peneliti dari Tohoku University, Jepang, hutan mangrove dengan ketebalan sekitar 200 meter dapat meredam ganasnya energi tsunami hingga 50 persen. Mangrove juga dapat menyerap karbon hingga 11 miliar ton karbondioksida. 

Tak hanya sebagai penyeimbang ekosistem, kekayaan sumber daya alam hutan mangrove dengan formasi vegetasi dan satwa yang unik juga membuat ekosistem mangrove memiliki potensi ekonomi tinggi sebagai obyek wisata, khususnya ekowisata yang menawarkan konsep pendidikan dan konservasi.

“Pariwisata membuka peluang bagi masyarakat lokal dan wisatawan untuk lebih memahami keunikan, keanekaragaman, dan keberlanjutan ekosistem pesisir,” jelas
 
Sementara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam, Ardiwinata menyatakan, pariwisata di era modern ini telah menjadi salah satu prioritas utama dalam pengembangan daerah pesisir, khususnya di destinasi wisata seperti Nuvasa Bay Batam. Ekowisata di kawasan mangrove dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk kegiatan di antaranya, mangrove educational tour and tracking, bird watching, fishing, mangrove tree plantation or adoption, canoeing dan boating.

“Dengan memaksimalkan potensi ekowisata kawasan mangrove di Batam, maka tak hanya menjaga keseimbangan alam namun juga turut meningkatkan taraf hidup masyarakat di kawasan pesisir melalui pemberdayaan pariwisata,” bebernya.
 
Sementara Advisor President Office Sinar Mas Land, Ignesjz Kemalawarta, mengungkapkan pentingnya upaya nyata pencegahan galian pasir liar disekitar kawasan mangrove. Dan penting peran serta pengembang serta masyarakat dalam melakukan restorasi mangrove.

“Pelestarian mangrove diharapkan kelak akan berpotensi mendukung pariwisata mangrove Batam bersamaan dengan upaya pelestariannya,” imbuh Ignesjz.

Nuvasa Bay berada di atas lahan seluas 228 hektare dengan garis pantai sepanjang 1,2 kilometer yang menghadap langsung ke Singapura dan Malaysia. Di dalamnya terdapat Nongsa Digital Park yang merupakan salah satu kawasan bisnis potensial untuk masa depan Kota Batam. Lokasinya sangat strategis, yaitu sekitar 30 menit dari pusat Kota Batam, bahkan hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit ke Singapura melalui Nongsa Pura Ferry terminal yang berjarak 2 kilometer dari Nuvasa Bay, dan 15 menit menuju Bandar Udara Internasional Hang Nadim.

Berdasarkan Peta Mangrove Nasional tahun 2021, lebih dari 630.00 hektare atau sekitar 19% mangrove di sejumlah wilayah Indonesia masuk kondisi kritis. Kondisi ini diakibatkan alih fungsi lahan, pencemaran limbah, penebangan liar, serta peningkatan laju abrasi. Di Batam, Kepulauan Riau, hutan mangrove merupakan sabuk pengaman, pencegah abrasi dan intrusi air laut sekaligus penyeimbang ekosistem pesisir. Data Nusantara Atlas menunjukkan, luasan mangrove di Batam sekitar 5.873 hektare pada 1990, berkurang hingga 50% pada 2022, menjadi 2.395 hektare.***

No More Posts Available.

No more pages to load.