Batam – Pemerintah Kota Batam (Pemko Batam) bersama BP Batam dan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Batam melakukan peninjauan ke Camp Vietnam yang terletak di Pulau Galang. Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam persiapan pencanangan kawasan tersebut sebagai Cagar Budaya dan destinasi wisata budaya unggulan di Kota Batam.
Peninjauan yang dilakukan, Sabtu (10/5/2025) ini bertujuan untuk memastikan kesiapan kawasan Camp Vietnam agar dapat diresmikan sebagai situs cagar budaya sekaligus menjadi daya tarik wisata yang dapat memperkaya potensi pariwisata Batam.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata, yang turut hadir dalam peninjauan tersebut, menyatakan pentingnya pengembangan kawasan tersebut sebagai bentuk pelestarian sejarah dan peningkatan sektor pariwisata.
“Camp Vietnam memiliki nilai sejarah yang sangat penting dan perlu dilestarikan. Kami berharap kawasan ini bisa dikembangkan tidak hanya sebagai cagar budaya, tetapi juga sebagai destinasi wisata yang dapat menarik wisatawan domestik dan internasional,” ujar Ardiwinata.
Untuk diketahui, Camp Vietnam, yang berfungsi sebagai tempat penampungan bagi pengungsi Vietnam pada 1970-an hingga 1990-an, menyimpan banyak sejarah dan peninggalan yang sangat berharga. Dengan berbagai fasilitas yang masih tersisa, seperti barak, rumah sakit, tempat ibadah, dan pemakaman, Camp Vietnam menawarkan pengalaman edukatif yang mendalam tentang sejarah pengungsi internasional.
Sebagai langkah awal menuju pencanangan, BP Batam bersama Pemko Batam berencana untuk melakukan berbagai perbaikan infrastruktur, termasuk pembangunan akses jalan, fasilitas pendukung wisata, serta promosi yang lebih luas guna menarik perhatian wisatawan. Tim Ahli Cagar Budaya juga dilibatkan untuk memastikan pengembangan kawasan ini tetap memperhatikan kelestarian sejarah dan lingkungan.
Ardiwinata menambahkan bahwa keberadaan Camp Vietnam akan menjadi simbol dari kepedulian Batam terhadap sejarah dan warisan budaya yang ada di wilayahnya.
“Kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk komunitas sejarah dan organisasi pariwisata, akan terus dilakukan untuk memastikan bahwa pengembangan kawasan ini berjalan sesuai dengan prinsip pelestarian dan pengembangan yang berkelanjutan,” kata Ardiwinata.***