Batam – Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepri pada September 2025 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,64% (mtm), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,18% (mtm). Secara tahunan inflasi Kepri tercatat sebesar 2,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,19% (yoy).
Disampaikan Deputi Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepri, Ardhienus, Rabu (1/10/2025), berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi juga terjadi pada 3 Kabupaten/Kota IHK di Kepri, yaitu Batam, Tanjungpinang dan Karimun yang masing-masingnya tercatat inflasi sebesar 0,62% (mtm), 0,54% (mtm), dan 0,99% (mtm).
“Dengan realisasi tersebut, Kepri menduduki inflasi bulanan dengan posisi ke-7 tertinggi di Sumatera. Sedangkan secara tahunan, inflasi Kepri lebih tinggi dibanding inflasi Nasional yang tercatat sebesar 2,65% (yoy),” kata Ardhienus.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, Inflasi di bulan September 2025 terutama didorong oleh Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya yang mengalami inflasi 2,02% (mtm) dan berkontrribusi 0,14% terhadap realisasi inflasi. Inflasi kelompok ini utamanya disebabkan oleh kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan eskalasi kondisi geopolitik yang masih berlangsung.
Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang mengalami inflasi 1,74% (mtm) dan andil sebesar 0,51%. Inflasi kelompok ini utamanya disebabkan oleh kenaikan harga komoditas cabai merah yang diantaranya disebabkan oleh serangan hama di daerah sentra produksi. Selain itu, kenaikan harga komoditas hortikultura seperti kangkung dan bayam didorong oleh faktor curah hujan tinggi yang terjadi di Provinsi Kepulauan Riau.
“Adapun inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh Kelompok Transportasi yang mengalami deflasi 0,96% (mtm) seiring dengan tidak adanya hari libur dan HBKN sehingga menahan mobilitas masyarakat,” bebernya.
Terkendalinya inflasi di Kepri tidak terlepas dari kuatnya koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik dilevel provinsi maupun kabupaten/kota. Bank Indonesia secara konsisten bersinergi dengan TPID se-Kepri dalam melaksanakan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dengan strategi 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif).
Berbagai upaya stabilisasi harga yang dilaksanakan pada bulan September 2025, antara lain dan rapat Koordinasi Daerah TPID Provinsi Kepri. Kemudian, publikasi Iklan Layanan Masyarakat (ILM) untuk menjaga ekspektasi inflasi tetap terkendali, edukasi mengenai inflasi melalui sosialisasi, pelatihan hilirisasi olahan cabai kepada klaster UMKM binaan BI
“Serta pelaksanaan Capacity Building TPID Provinsi Kepulauan Riau di Jawa Tengah dan menghasilkan 9 Kerjasama Antar Daerah (9 KAD) business to business untuk komoditas bawang merah, cabai, dan beras,” bebernya.
Disebutkan, memasuki Oktober 2025, terdapat beberapa pendorong inflasi yang perlu diwaspadai, pergerakan harga emas perhiasan sejalan dengan pergerakan harga emas global akibat ketidakpastian geopolitik yang masih berlangsung. Kemudian, potensi terbatasnya ketersediaan hortikultura akibat tingginya curah hujan.
“Disisi lain, faktor penahan inflasi kedepan diantaranya akselerasi penyaluran beras SPHP pada semester II 2025 dan tren penurunan harga minyak dunia,” imbuhnya.
Disebutkan, kedepan, Bank Indonesia bersama TPID akan terus memperkuat sinergi untuk stabilitas inflasi di Kepri. “Peningkatan produksi pangan, pelaksanaan pasar murah, penguatan KAD serta penguatan koordinasi pengendalian inflasi, diharapkan dapat menjaga tekanan inflasi tetap terkendali dalam rentang sasaran 2,5±1%,” harapnya.***