BI Dorong Pengembangan Blue Economy Inklusif Kepri Sebagai Arah Baru Ekonomi

oleh -81 Dilihat
oleh

Batam – Bank Indonesia (BI) mendorong pengembangan Blue Economy sebagai pilar baru pembangunan Kepri. Arah baru kebijakan ekonomi itu didorong, saat Provinsi Kepri, mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. Dimana, pendekatan ini menekankan pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan.

Demikian disampaikan Kepala Perwakilan BI Provinsi Kepri, Rony Widijarto, di Grand Mercure Batam Center, Selasa (4/11/2025), dalam Kepri Economic Forum dan Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Kepri. Forum ini juga menjadi ajang diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Kepri 2025 dengan tema “Unlocking Kepri’s Inclusive Growth Potential Through the Blue Economy”.

Tema itu mencerminkan arah pembangunan ekonomi Kepri yang mengedepankan potensi maritim, perikanan, pariwisata bahari, dan keberlanjutan lingkungan sebagai fondasi pertumbuhan jangka panjang. Sehingga diharapkan, Kepri akan mencatatkan kinerja ekonomi yang gemilang di tengah tantangan global.

“Peningkatan nilai tambah industri perikanan, serta pengembangan pariwisata bahari berbasis komunitas,” kata Rony.

Disebut, dengan potensi maritim yang besar, Kepri punya posisi strategis untuk menjadi model ekonomi biru di Indonesia. “Ini bukan hanya soal pertumbuhan ekonomi, tapi juga keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat pesisir,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, diungkapkan Rony juga pertumbuhan ekonomi Kepri, yang saat ini berada pada level tertinggi secara nasional. Sementara inflasi tetap terkendali di kisaran 2,8 persen.

Pencapaian ekonomi Kepri tahun ini menunjukkan fondasi makro yang sangat solid. Dengan capaian ekonomi yang impresif dan fokus baru pada ekonomi biru, Kepri kini berada di jalur yang tepat untuk menjadi motor pertumbuhan ekonomi hijau dan inklusif di wilayah barat Indonesia.

“Kita bersyukur pertumbuhan ekonomi Kepri tetap tinggi, namun inflasi berhasil dijaga stabil di bawah 3 persen. Ini menjadi kombinasi yang langka di tengah tekanan ekonomi global,” ujarnya.

Data BI menunjukkan, pertumbuhan kredit perbankan di Kepri melonjak signifikan mencapai 20,6 persen, naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 10 persen. Lonjakan ini didorong oleh kredit korporasi yang tumbuh 26,3 persen, menandakan peningkatan aktivitas sektor industri dan investasi.

Ronny menambahkan, tantangan ke depan bukan hanya menjaga momentum pertumbuhan, tetapi memastikan pertumbuhan tersebut inklusif dan berkelanjutan.

“Pertumbuhan yang tinggi saja tidak cukup. Kita ingin pertumbuhan yang bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat — dari pelaku industri besar hingga UMKM dan rumah tangga,” jelasnya.

Dari sisi struktur ekonomi, sektor industri pengolahan, perdagangan, dan ekspor masih menjadi pendorong utama. Namun, BI menyoroti pentingnya memperkuat kontribusi konsumsi rumah tangga dan investasi untuk menjaga keseimbangan sumber pertumbuhan.

Forum ekonomi ini dihadiri oleh perwakilan pemerintah daerah, pelaku usaha, akademisi, dan lembaga keuangan. Diskusi difokuskan pada strategi memperkuat daya saing daerah melalui investasi berkelanjutan, diversifikasi ekspor, dan inovasi sektor keuangan.

“Kami melihat pentingnya kolaborasi lintas sektor. Pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan hanya bisa tercapai jika semua pihak pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat bergerak bersama,” tutup Ronny.***