Akselerasi Ekonomi Kepri Berlanjut Tumbuh 5,16 Persen di Triwulan I-2025 dan Inflasi Terkendali

oleh -79 Dilihat
oleh

Batam – Kinerja ekonomi Kepri pada triwulan I 2025, menunjukkan kinerja yang solid. Pertumbuhan sebesar 5,16% (yoy), atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,14% (yoy). Sesuai rilis Badan Pusat Statistik (BPS), secara kumulatif, perekonomian Kepri hingga triwulan I 2025 tercatat tumbuh 5,16% (ctc) atau merupakan tertinggi ketiga se-Sumatera.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepri, Rony Widijarto mengungkapkan, Selasa (6/5/2025), berbagai upaya stabilisasi harga yang dilaksanakan pada bulan April 2025. Mulai dari High Level Meeting TPID Kota Batam, kemudian, publikasi radio, informasi melalui media sosial untuk menjaga ekspektasi inflasi tetap terkendali dan penanaman perdana cabai bersama dilahan Kogabwilhan I dan kemudian, Bazar Pangan Murah pada Kedai Pangan TPID.

“Kedepan, BI bersama TPID akan memperkuat pengedalian inflasi antara lain dalam hal peningkatan produksi pangan, penguatan kerjasama antar daerah dan pelaksanaan pasar murah,” katanya.

Disebut, kinerja positif ini terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan yang tumbuh 7,30% (yoy) seiring masih kuatnya permintaan terhadap komoditas elektronik dan galangan kapal. Kemudian, sektor perdagangan yang masih tumbuh tinggi sebesar 10,29% (yoy) didorong oleh tingginya belanja masyarakat pada momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

“Selain itu, sektor konstruksi juga mencatat pertumbuhan sebesar 3,84% (%) dan ikut memberikan andil besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan ini. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tinggi tercatat pada Net Ekspor yaitu sebesar 14,47% (yoy), diikuti oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh sebesar 3,27% (yoy). Sementara itu, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh sebesar 3,15% (yoy), yang turut menopang daya tahan ekonomi Kepri,” beber Rony.

Diyakini, kedepan, perekonomian Kepri tumbuh positif dan solid ditengah adanya ketidakpastian global. Adanya momentum libur Idul Fitri dan beberapa HBKN pada triwulan II 2025 menjadi motor penggerak konsumsi rumah tangga. Selain itu, pengembangan energi hijau berpotensi meningkatkan permintaan produk panel surya.

“Berlanjutnya pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Proyek Strategis Nasional (PSN) juga diproyeksikan mendorong sektor industri dan konstruksi di Kepri serta menyerap lebih banyak tenaga kerja,” bebernya.

Kemudian, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepri pada April 2025 tercatat inflasi sebesar 0,59% (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,38% (mtm). Secara tahunan, inflasi Kepri tercatat sebesar 2,56% (yoy), meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 2,01% (yoy), namun masih berada dalam rentang sasaran. 

Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi April 2025 terutama didorong oleh Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya yang memberikan andil inflasi sebesar 0,23% (mtm) terutama disumbang oleh peningkatan harga emas yang memberikan andil 0,21% (mtm). Selain itu, Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau memberikan andil inflasi sebesar 0,20% terutama disumbang oleh peningkatan harga cabai merah, santan segar, daging ayam ras, dan sawi hijau seiring meningkatkan permintaan selama periode HBKN Idul Fitri.

“Sementara itu, Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga memberikan andil inflasi sebesar 0,19% (mtm) terutama disumbang oleh penyesuaian tarif listrik. Disisi lain, beberapa komoditas mencatatkan deflasi yang menahan tekanan inflasi Kepri lebih tinggi yaitu cabai rawit, bawang merah, kacang panjang, kangkung, dan tomat masing-masing sebesar –0,07% (mtm), -0,03% (mtm), -0,03% (mtm), -0,02% (mtm), -0,02% (mtm) seiring normalisasi harga pasca HBKN ditengah terjaganya pasokan. 

“Terkendalinya inflasi di Kepri tidak terlepas dari kuatnya koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik dilevel provinsi maupun kabupaten/kota. Bank Indonesia secara konsisten bersinergi dengan TPID se-Kepri dalam melaksanakan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dengan strategi 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif),” imbuh Rony mengakhiri.***