Permintaan Amerika Masih Tinggi, 70 Persen Ekonomi Kepri Dipengaruhi Batam

oleh -67 Dilihat
oleh

Batam – Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengalami pertumbuhan pada tahun 2024 lalu. Pertumbuhan itu disumbang Kota Batam, dengan pengaruh hingga 70 persen untuk ekonomi Kepri. Dimana, pertumbuhan ekonomi itu, lebih besar dipengaruhi berbagai sektor. Terutama ekspor dari industri pengolahan. Diantara ekspor yang masih tinggi permintaan itu, ada untuk tujuan Amerika Serikat, terutama industri elektronik.

Hal itu diungkapkan Kepala Perwakilan BI Kepri, Rony Widijarto P, yang didampingi Kepala Tim Implementasi KEKDA, Sudarta dan Kepala Perumusan KEKDA, Adik Afrinaldi, Kamis (20/2/2025) di Batam. Diakui, kinerja Lapangan Usaha (LU) mengalami peningkatan, sehingga pertumbuhan yang lebih tinggi tersebut didorong oleh pertumbuhan positif pada komponen Net Ekspor, selain konsumsi pemerintah.

“Pertumbuhan LU Industri Pengolahan didorong oleh peningkatan produksi industri elektronik sejalan dengan masih kuatnya permintaan khususnya dari Amerika Serikat (AS),” jelasnya.

LU Konstruksi juga masih tumbuh seiring dengan terus berlanjutnya pengerjaan sejumlah proyek prioritas. Lebih lanjut, pertumbuhan LU Perdagangan didukung oleh peningkatan aktivitas pariwisata serta belanja masyarakat pada momen tahun ajaran baru.

“Sementara itu, pertumbuhan tertahan oleh kinerja LU Pertambangan dan Penggalian yang masih mengalami kontraksi sejalan dengan berlanjutnya dampak konflik geopolitik global serta kurang optimalnya operasional produksi akibat kondisi sumur minyak yang sudah tua,” bebernya. 

Disebut, LU Konstruksi juga masih tumbuh seiring dengan terus berlanjutnya pengerjaan sejumlah proyek prioritas. Lebih lanjut, pertumbuhan LU Perdagangan didukung oleh peningkatan aktivitas pariwisata serta belanja masyarakat pada momen tahun ajaran baru.

“Sementara Konsumsi RT dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pertumbuhannya melandai jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, namun tetap tumbuh positif,” jelasnya.

Diakui, ekonomi Kepri pada triwulan III 2024 tumbuh sebesar 5,02% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,90% (yoy), serta tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan wilayah Sumatera yang sebesar 4,48% (yoy). Secara kumulatif, perekonomian Kepri hingga triwulan III 2024 tercatat tumbuh 4,98% (ctc), atau merupakan yang tertinggi ketiga se-Sumatera. 

Menurutnya, capaian persentase realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah Daerah (Pemda) di wilayah Provinsi Kepri hingga triwulan III 2024 terhadap pagu anggaran tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh peningkatan realisasi pendapatan Transfer Pemerintah Pusat.

“Sementara itu, realisasi belanja pemerintah juga mengalami peningkatan terutama pada pos Belanja Operasi dan Belanja Transfer,” imbuhnya.

Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kepri pada triwulan III 2024 menunjukkan terjadinya inflasi sebesar 2,53 % (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,54% (yoy). Tekanan inflasi yang menurun disebabkan oleh berasal dari penurunan harga pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, Kelompok Pendidikan, Kelompok Transportasi, dan Kelompok Pakaian dan Alas Kaki. Dengan demikian, inflasi pada triwulan III 2024 berada pada sekitar titik tengah target inflasi sebesar 2,5±1% (yoy). 

Intermediasi perbankan pada triwulan III  2024 tetap terjaga meskipun melandai dibandingkan triwulan sebelumnya. Deselerasi tersebut tercermin dari penurunan laju penyaluran kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK), namun tetap disertai dengan terjaganya kualitas kredit yang tercermin dari risiko kredit pada segmen korporasi dan segmen kredit sektor rumah tangga, sementara risiko kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), meningkat.

“Kinerja intermediasi perbankan di Provinsi Kepri yang tetap baik, tercermin dari rasio LDR pada triwulan III 2024 menurun dari 58,94% menjadi 51,59%. Akeselerasi penyaluran kredit turut didukung oleh kualitas kredit yang tetap terjaga sebagaimana rasio NPL gross yang tercatat sedikit meningkat menjadi sebesar 3,29%,” bebernya.

Aktivitas transaksi pembayaran tunai menggunakan Rupiah di Provinsi Kepri mengalami penurunan pada triwulan III 2024, seiring dengan aktivitas pembayaran non tunai yang meningkat. Hal tersebut tercermin dari net outflow yang mengalami penurunan pada triwulan III 2024. Namun di sisi lain, aktivitas pembayaran nontunai secara tahunan meningkat. Hal ini tercermin dari peningkatan transaksi QRIS, RTGS, dan SKNIBI yang didukung oleh meningkatnya preferensi dan akseptasi masyarakat terhadap penggunaan transaksi nontunai.***