Batam – Pengamat politik Kepri, Zamzami A Karim, mempertanyakan hasil survei di Pilkada Kepri, oleh lembaga-lembaga survei. Dimana, hasil survei yang dilakukan lembaga survey, dinilai jauh berbeda. Sehingga Zamzami mempertanyakan, mana yang lebih dapat dipercaya. Kemudian, pertanyaan survei perlu diketahui, karena tidak boleh mengarahkan.
Pernyataan itu disampaikan Zamzami A Karim, Selasa (12/11/2024) melalui ponselnya. Karena hasil survey berbeda, memunculkan asumsi, hasil tergantung siapa yang memesan. “Hasil survei yang berbeda tergantung siapa yg menghire lembaga survei tersebut,” cetusnya.
Menurutnya, agar sampel dapat menggambarkan keseluruhan populasi, mestinya dengan multistage random sampling atau proporsionate random sampling. “Sehingga setiap wilayah terwakili sebagai sampel, dan untuk standar error 3% sudah bisa memprediksi kondisi yang mendekati kenyataan,” bebernya,” helasnya.
Selain itu, probing pada saat wawancara atau pengisian kuesioner juga menentukan bias atau tidaknya hasil survei. “Karena untuk mendapat hasil yang objektif, pertanyaan dalam kuesioner dan wawancara tidak boleh bersifat mengarahkan,” tegasnya.
Disampaikan hasil survey yang beredar di media sosial, belakangan ini. Dimana, tim Ansar-Nyanyang mengeluarkan hasil survey mereka, unggul 7 persen dari Rudi dengan persentase tidak menjawab 10,7 persen, dari Lembaga Survei Indikator.
Sementara lembaga survey Konsep Indonesia (Konsepindo) Research & Consulting telah terdaftar sebagai anggota Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (PERSEPI), menempatkan Rudi-Rafiq, dengan meraih dukungan 47,2 persen, dan Ansar-Nyanyang, 37,7 persen, usai debat calon. Sementara 15,2 persen responden menjawab tidak tahu atau belum menjawab.
“Pertanyaannya, mana yg paling dapat dipercaya?,” tanya Zamzami.
Disebut, untuk mengetahui mana yg logis dan dapat dipercaya, harus dibedah metodologinya. Seperti, bagaimana teknik samplingnya, biasanya untuk daerah seperti Kepri yang terdiri dari banyak pulau-pulau di 7 Kabupaten/Kota.
Menurutnya, dalam kondisi persaingan 2 pasang calon yg sangat ketat, hasil survei tanpa bedah metodologis akan sulit kelihatan biasnya. “Sebab masing-masing paslon menggunakan lembaga survei yang berbeda,” imbuhnya mengakhiri.(am)