Kenang Sejarah dan Teguhkan Tekad Bangun Batam, Amsakar-Li Claudia Ziarah Makam Zuriat Nong Isa

oleh -21 Dilihat
oleh

Batam – Menjelang peringatan Hari Jadi Kota Batam ke-196, suasana Masjid At-Taqwa Nongsa terasa lebih hening dari biasanya. Di sudut halamannya, makam Zuriat Nong Isa tokoh penting yang menorehkan awal sejarah Batam menjadi pusat perhatian pada Jumat pagi itu (12/12/2025).

Wali Kota Batam Amsakar Achmad bersama Wakil Wali Kota Li Claudia Chandra memimpin langsung prosesi ziarah. Mereka didampingi jajaran Forkompinda, para tokoh zuriat, serta Ketua TP PKK Kota Batam Hj. Erlita Sari Amsakar. Sebuah kegiatan sederhana, namun sarat makna.

Bagi Amsakar dan Li Claudia, menghormati sejarah bukan sekadar ritual tahunan. Ini adalah bentuk penghormatan atas perjalanan panjang Batam, perjalanan yang dimulai jauh sebelum kota ini tumbuh menjadi pusat industri dan investasi seperti sekarang.

Di sela kegiatan, Amsakar mengenang proses penetapan Hari Jadi Batam. Penentuan itu tidak mudah dan melalui perdebatan panjang. Sejumlah tokoh sejarah sempat menjadi rujukan, mulai Temenggung Abdul Jamal hingga Raja Ali Kelana, sebelum akhirnya mengerucut pada sosok Nong Isa atau Raja Isa.

Dokumen otentik dari Arsip Nasional menjadi penentu. Catatan resmi Sultan Abdurrahman dan Raja Jakfar menunjukkan penugasan kepada Nong Isa pada 22 Jumadil Akhir 1245 Hijriah atau 18 Desember 1829. Momen inilah yang menjadi pijakan kuat penetapan usia Batam hingga hari ini.

“Diskusinya panjang, tiga kali pertemuan besar dan dua seminar. Keputusan akhirnya kita temukan dalam dokumen yang jelas menyebut tanggal dan mandat itu,” ujar Amsakar, mengenang proses yang pernah ia pimpin sebagai ketua perumus penetapan Hari Jadi Batam.

Ia kemudian mengaitkan sejarah itu dengan perkembangan Batam saat ini. Sejak awal, Batam adalah tempat singgah para musafir sebelum menuju Tanah Suci melalui Singapura. Dari tempat singgah itu tumbuh pemukiman, aktivitas ekonomi, hingga struktur pemerintahan lokal.

Perjalanan Batam terus berkembang. Dari wilayah wakilschap pada masa kolonial, menjadi pusat pemerintahan lokal pada 1882, lalu melaju pesat setelah kemerdekaan. Babak baru hadir melalui Otorita Batam hingga akhirnya Batam berstatus kota otonom yang kini dikenal sebagai pusat industri, logistik, pariwisata, dan investasi.

Tahun ini, Hari Jadi Batam mengusung tema “Unggul dan Berdaya Saing”. Unggul merefleksikan upaya pemerintah memperkuat pelayanan publik dan kualitas SDM, sedangkan berdaya saing menggambarkan ambisi menjadikan Batam sebagai kota dengan daya tarik ekonomi kelas nasional dan internasional. Sinergi Pemko dan BP Batam yang terus diperkuat menjadi fondasi berbagai pembangunan yang kini terlihat nyata.

Meski begitu, Amsakar mengakui masih ada pekerjaan rumah besar, terutama persoalan air dan sampah. Keduanya terus diatasi melalui kerja lintas entitas, mulai dari Pemko, BP Batam, hingga dukungan dunia usaha.

“Yang kita perlukan sekarang adalah bergerak bersama. Bukan lagi membahas hal-hal yang kontraproduktif. Fokus kita adalah masa depan Batam,” tegasnya.

Di hadapan para tokoh zuriat, Amsakar mengajak seluruh pihak memperkuat kebersamaan menjelang usia dua abad Batam.

“Kita harus berjalan seirama. Mari gunakan momentum hari jadi ini untuk mempertautkan hati,” ujarnya.

Ia juga memaparkan sejumlah capaian daerah, mulai dari pertumbuhan ekonomi 6,89% pada triwulan III tahun 2025, realisasi investasi yang telah mencapai 91% atau sekitar Rp54,7 triliun dari target tahunan Rp60 triliun, hingga progres penanganan banjir. Di sisi lain, peningkatan layanan air bersih dan pengelolaan sampah terus dikebut.

Menurutnya, pembangunan Batam adalah kerja besar yang membutuhkan kolaborasi seluruh elemen pemerintah, tokoh adat, komunitas, hingga pelaku usaha.

Ziarah pagi itu ditutup dengan doa bersama. Wajah-wajah yang hadir tampak memancarkan harapan yang sama: Batam yang semakin maju dan bersatu.

“Selamat Hari Jadi Kota Batam ke-196. Mari kita bergerak serempak untuk Batam yang lebih hebat dan dahsyat,” kata Amsakar.

Wakil Wali Kota Batam Li Claudia Chandra turut menyampaikan rasa bahagianya. Ia menilai ziarah ini penting, terutama bagi generasi muda.

“Kegiatan seperti ini harus terus dilestarikan agar anak-anak muda memahami sejarah Batam. Kita tidak boleh melupakan sejarah,” ujarnya.

Kalimat sederhana namun kuat sekuat tekad Amsakar dan Li Claudia untuk membawa Batam melangkah lebih jauh tanpa melupakan jejak sejarah yang menjadi titik berangkatnya.***