Pimpinan HKBP se-Dunia Tolak Ikut Bertambang Saat Era Pemanasan Bumi

oleh -
oleh

Tarutung – Pimpinan HKBP se-duni, dalam hal ini, Ephorus HKBP, Pdt Dr Robinson Butarbutar, mengambil sikap, menolak lembaga gereja yang dipimpinnya, terlibat pertambangan. Melalui pernyataan tertulis seperti dimuat di www.hkbp.or.id, disampaikan sikap tegas dan alasannya.

Disampaikan, pernyataan tentang gereja ikut bertambang pada era pemanasan bumi, Sabtu (8/6/2024). Surat yang ditandatangani di Pearaja, Tarutung, Tapanuli Utara, disampaikan dengan segala kerendahan hati menyatakan bahwa HKBP tidak akan melibatkan dirinya sebagai Gereja untuk bertambang.

“Kami sekaligus menyerukan agar di negeri kita, pemerintah bertindak tegas terhadap para penambang yang dalam pelaksanaan tugasnya tidak tunduk pada undang-undang yang telah mengaturkan pertambangan yang ramah lingkungan,” tegas Robinson.

Diungkapkan, jika pihaknya sudah mengetahui rencana pemerintah RI, baik oleh Presiden RI, Joko Widodo, maupun Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, serta Menteri ESDM, Arifin Tasrif untuk menyerahkan
Wilayah Ijin Usaha pertambangan khusus, kepada enam Ormas Keagamaan termasuk Ormas Keagamaan Protestan.

Rencana penyerahan didasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 tahun 2024 yang merupakan perubahan atas Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Dan hal itu dilakukan Pemerintah dengan hanya menyiapkan enam lahan bekas Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) untuk dikelola para ormas, yaitu: Lahan bekas PT Arutmin Indonesia, PT Kendilo Coal Indonesia, PT Kaltim Prima Coal, PT Adaro Energy Tbk, PTMuli Harapan Utama (Mau) dan PT Kideco Jaya Agung.

Sehubungan dengan itu, sebagai Gereja Protestan, berdasarkan isi Konfesi HKBP tahun 1996, yang
diputuskan berdasarkan hasil pergumulannya tentang tugas HKBP, ikut bertanggungjawab menjaga
lingukungan hidup yang telah dieksploitasi umat manusia, untuk atas nama pembangunan.

Namun sejak lama, telah terbukti menjadi salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan hingga pemanasan bumi. Yang tak lagi terbendung yang harus diatasi dengan beralih secepat mungkin kepada pendekatan penggunaan teknologi ramah lingkungan, green energi.

Seperti solarenergi, windenergi dan yang lainnya, yang masih akan dikembangkan, yang berbunyi:
“1. Allah menciptakan manusia dengan tempat tinggalrya dan tempatnya bekerja di dunia ini (Kej.2:5-15). Dialah yang memiliki semuanya, yang memberikan kehidupan bagi semua yang diciptakan-Nya. Tempat manusia bekerja adalah daratan, laut, dan langit/ruang angkasa. Allah memberikan kuasa kepada manusia untuk memelihara dunia ini dengan tanggung jawab penuh.

2. Karya Yesus Kristus adalah membebaskan manusia segala ciptaan dan juga dunia ini (Kol. 1:15-20; Rm, 8:19-33). Dengan ini: Kita menyaksikan tanggung.jawab mansia untuk melestarikan semua ciptaan Allah supaya manusia itu dapat bekerja, sehat, dan sejahtera (Mzm 8:4-10). Kita menentang setiap kegiatan yang merusak
lingkungan, seperti membakar dan menebang pohon di hutan atatu hutan belantara (Ul. 5:20;19-20).

“Kita menentang setiap usaha yang mencemari air dan udara, juga air limbah yang mengandung racun dari pabrik-pabrik, karena tidak memedulikan saluran air limbah dan pencemaram udara, hingga merusak air minum dan pernafasan mantsia (polusi/pencemaran
lingkungan (bandingkan Mzm 104:1-23; Wahyu 22:1-2),” tegas Robinson Butarbutar mengakhiri.(am)