Deputi BI Kepri Ingatkan Terkait KEK dan FTZ di BBK

oleh -
oleh

Batam – Negara-negara di dunia, saat ini sedang mewanti-wanti, ancaman krisis global yang mengancam pada tahun 2023 mendatang. Sehingga dinilai penting untuk mengambil langkah dalam pemulihan ekonomi, terutama di Provinsi Kepri. Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepri, mengingatkana gar dilakukan optimalisasi di KEK dan FTZ, Batam, Bintan, Karimun (BBK).

Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Riau Adidoyo Prakoso dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 di Batam, Rabu (30/11/2022) di Batam. Dinilai, penting dilakukan beberapa upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Kepri yang inklusif dan berkesinambungan.

“Mengoptimalkan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan status Free Trade Zone (FTZ) sebagai keunggulan komparatif Kepri untuk menarik investasi,” kata Adidoyo mengingatkan.

Disampaikan, penting mengambil langkah optimisme pemulihan ekonomi Provinsi Kepri, meski dihadapkan pada risiko perlambatan perekonomian global sebagai dampak dari berlanjutnya perang Rusia – Ukraina. Kemudian, kebijakan zero case Covid-19 di Tiongkok yang memicu gangguan rantai pasok global.

“Kemudian, penting untuk menjaga konsumsi rumah tangga agar tetap tumbuh tinggi dengan mengendalikan tingkat inflasi pada level yang rendah dan stabil. Perlu mendorong penyaluran bansos yang tepat waktu dan sasaran,” sambungnya.

Poin lain yang disarankan, agar dilakukan optimalisasi dampak ekonomi dari belanja pemerintah. Dengan melakukan akselerasi belanja pemerintah daerah sejak awal tahun, khususnya untuk belanja modal dan infrastruktur.

“Kemudian, meningkatkan daya saing investasi dengan terus melakukan inovasi yang dapat mendukung terciptanya iklim usaha yang semakin kondusif seperti inovasi terkait kemudahan perizinan usaha dan insentif yang dapat mendorong investasi, serta diperkuat dengan promosi investasi,” himbuanyam

Langkah lain yang didorong BI Kepri, program hilirisasi komoditas unggulan berbasis Sumber Daya Alam di Kepulauan Riau sekaligus meningkatkan keterkaitan antar sektor ekonomi dan nilai tambah produk yang dihasilkan. 

Kemudian, menurunkan tingkat pengangguran dengan memperkuat link and match antara lembaga pendidikan dengan dunia kerja. Program pendidikan vokasi maupun keberadaan balai latihan kerja perlu terus diperkuat dengan menyediakan sarana prasarana pelatihan yang dibutuhkan.

“Juga penting, meningkatkan kapasitas dan memperkuat kelembagaan petani, nelayan dan UMKM serta mendorong kemitraan dengan industri dan digitalisasi UMKM untuk memperluas akses pemasaran dan pembiayaan sebagai upaya untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif,” pesan Adidoyo.

Delapan poin rekomendasi BI Kepri itu diharapkan, akan memperkuat pemulihan sektor pariwisata melalui penguatan sinergi antar pelaku usaha pariwisata dan Pemerintah Daerah serta promosi pariwisata. Penguatan sektor pariwisata juga dapat dilakukan dengan mengoptimalkan potensi Kepri sebagai lokasi penyelenggaraan kegiatan Meeting Incentive Confrence Exibition (MICE).

“Bank Indonesia telah menjalin kerjasama penggunaan transaksi QR code lintas negara dengan Thailand dan Malaysia sebagai upaya mendukung sektor pariwisata. Dengan berbagai upaya tersebut, di tengah berbagai tantangan terutama dari sisi global, pertumbuhan ekonomi Kepri tahun 2023 diperkirakan masih dapat tumbuh tinggi pada kisaran 3,9 – 4,7%,” imbuh dia.

Sejalan dengan tren pemulihan ekonomi global dan perekonomian domestik yang didukung dengan meningkatnya mobilitas masyarakat, pertumbuhan ekonomi Kepri terus mengalami perbaikan. Perbaikan tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Kepri yang secara kumulatif sampai dengan triwulan III 2022 tercatat sebesar 4,63% (c-to-c), lebih baik dibandingkan pertumbuhan kumulatif pada periode yang sama tahun 2021 sebesar 2,79% (c-to-c).

Dari sisi pengeluaran, perbaikan terutama didorong oleh meningkatnya kinerja ekspor dan konsumsi rumah tangga seiring pelonggaran mobilitas masyarakat yang diikuti peningkatan kunjungan jumlah wisatawan domestik maupun asing. Dengan perkembangan tersebut, perekonomian Kepri untuk keseluruhan tahun 2022 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,1 s/d 4,9% (yoy), lebih baik dari tahun sebelumnya 3,43% (yoy). 

Optimisme terhadap pemulihan ekonomi Provinsi Kepri diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2023 meski dihadapkan pada risiko perlambatan perekonomian global sebagai dampak dari berlanjutnya perang Rusia – Ukraina dan kebijakan zero case Covid-19 di Tiongkok yang memicu gangguan rantai pasok global.

“Selain menekan pertumbuhan ekonomi global, gangguan rantai pasok juga telah memicu kenaikan inflasi global yang direspon dengan kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral di berbagai negara, sehingga berpotensi memperpanjang masa pemulihan ekonomi. Untuk mewujudkan pemulihan ekonomi yang kuat dan tangguh diperlukan dukungan sinergi yang semakin kuat serta mendorong lahirnya inovasi dalam berbagai bidang,” himbaunya.(am)

No More Posts Available.

No more pages to load.