Jakarta – Badan Geologi mengungkap rencana penelitian keberadaan logam tanah jarang di Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, tahun 2022. Daerah ini miliki harta karun super langka mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth.
Dimana, logam tanah jarang berfungsi sebagai bahan baku energi dalam pembuatan baterai, dan dalam hal ini bisa sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik. Kemudian, mineral tanah jarang juga bisa menjadi bahan baku pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Di tingkat global, China memproduksi 84 persen dari total produksi logam tanah jarang dunia. Kemudian Australia 11 persen, Rusia 2 persen, Brazil dan India sebanyak 1 persen.
Mengutip Tempo, Sabtu (22/1/2022), Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Eko Budi Lelono, mengatakan, selain di Tapanuli Utara, Eko menuturkan, lokasi lainnya adalah penyelidikan logam mulia di Simanguntong Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara dan Hulawa di Gorontalo; penyelidikan logam mulia dan logam dasar di Watulimo, Trenggalek; serta penyelidikan umum geokimia regional di Seram, Maluku.
“Badan Geologi melakukan penyelidikan logam tanah jarang berdasarkan cetak biru yang disusunnya. Baik yang di Lumpur Lapindo Sidoarjo maupun lainnya. “Road-map khususnya untuk di Tapanuli Utara, juga di Kalimantan Selatan juga ada potensi logam tanah jarang. Ini sudah ada road-map secara detil,” kata dia.
Berdasarkan data survei Badan Geologi Kementerian ESDM tahun 2009 – 2020, tercatat saat ini sebuah wilayah di Tapanuli, Sumatera Utara memiliki logam tanah jarang sekitar 20.000 ton. Sementara di Bangka Belitung ada sekitar 186.000 ton mineral monasit yang mengandung logam tanah jarang, dan monasit ini dijumpai bersama endapan timah.
Kemudian ada juga kajian di Kalimantan Barat potensi logam tanah jarang dalam bentuk laterit 219 ton dan Sulawesi 443 ton. Kementerian ESDM juga membuka peluang investasi untuk menggarap eksplorasi logam tanah jarang ini. Khususnya pada sektor teknologi untuk memproses perolehan eksplorasi.
Eko juga mengatakan, setiap tahun lembaganya menerbitkan buku Sumber Daya dan Cadangan Mineral Batubara dan Panas Bumi. Kajian mengenai logam tanah jarang dan logam lainnya akan masuk dalam buku tersebut.
“Mudah-mudahan kami selesaikan bulan ini sehingga buku Sumber Daya dan Cadangan itu bisa segera diterbitkan sehingga masyarakat bisa tahu sebenarnya berapa potensi-potensi yang ada di daerah-daerah yang disebutkan baik di Sidoarjo maupun di Tapanuli,” kata Eko.